Minggu, 29 Juni 2014

Teori Belajar Psikologi Kognitif

I.     Latar belakang
Belajar adalah suatu pembelajaran untuk memanusiakan manusia. Bahwa setiap manusia membutuhkan pembelajaran atau pengajaran demi kelangsungan hidupnya. Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang kondisi kejiwaan manusia. Psikologi juga artikan ilmu yang mempelajari tentang keadaan manusia dalam berbagai aspek baik mengenai tanggapan terhadap lingkungan, aktivitas-aktivitasnya, pemikirannya, kehendaknya, maupun perasaan panca inderanya.
Banyak ahli psikologi kognitif tidak sepakat dengan kaum bihavioris yang melihat proses belajar secara sederhana, menyerap informasi dari lingkungan. Menurut para ahli psikologi kognitif belajar melibatkan kontruksi pengetahuan seseorang berdasarkan pengalamannnya.
Penulis pada kesempatan kali ini memilih psikologi kognitif untuk sebagai bahan pembahasan berikutnya, bahwa psikologi kognitif adalah kajian studi ilmiah yang mengenai proses-proses mental atau pikiran. Yang bisa mempengaruhi terhadap kreatifitas seseorang. Jika mental dan pikiran dalam keadaan baik segala sesuatu yang dikerjakan akan menghasilkan yang baik pula, ini berpengaruh terhadap konsentrasi belajar seseorang, ketika konsentrasi seseorang dalam keadaan tidak baik, hasil belajarnya tidak baik pula.
Dalam keadaan proses belajar mengajar ketika anak mengikuti proses tersebut di dalam kelas, ketika konsentrasi anak dalam keadaan baik maka akan dapat menerima pelajaran dengan baik. Sehingga hasil belajarnyapun baik.

II.     Tujuan Penulisan
1.                  Menjelaskan prinsip dasar psikologi kognitif
2.                  Menguraikan teori yang mendasari psikologi kognitif
3.                  Menunjukan sikap sesuai dengan teori psikologi cognitive
4.                  Mempraktekan psikologi dalam kehidupan sehari-hari

III.     Teori dan Analisis teori
Teori yang mengenai psikologi kognitif antara lain:
1.                  Fild Lewin
                Teori medan (field theory) merupakan salah satu teori yang termasuk rumpun kognitif. Teori medan ini dikembangkan oleh Kurt Lewin. Sama seperti teori gestalt yang menekankan keseluruhan dan keterpaduan. Menurut teori medan, individu selalu berada dalam suatu medan atau ruang hidup (life space), yang digambarkan oleh Kurt Lewin sebagai berikut.
                  Dalam medan hidup ini ada sesuatu tujuan yang ingin dicapai, tetapi untuk mencapainya selalu saja ada barier atau hambatan. Individu memiliki satu atau sejumlah dorongan dan berusaha mengatasi hambatan untuk mencapai tujuan tersebut. Apabila individu tersebut telah berhasil mencapai tujuan, maka masuk ke dalam medan atau lapangan psikologis baru yang di dalamnya berisi tujuan baru dengan hambatan-hambatan baru pula. Demikian seterusnya individu keluar dari suatu medan dan masuk ke dalam medan psikologis berikutnya (Sukmadinata, 2007: 171).
Fild Lewin
              Kaitannya dengan proses belajar, dari keterangan di atas dapat dipahami bahwa teori medan menganggap belajar sebagai proses pemecahan masalah. Menurut Lewin (Sanjaya, 2006: 120), beberapa hal yang berkaitan dengan proses pemecahan masalah dalam belajar adalah:
a)        Belajar adalah perubahan struktur kognitif. Setiap orang akan dapat memecahkan masalah jika ia bisa mengubah struktur kognitif. 
teori field lewin

b)        Pentingnya motivasi. Motivasi adalah faktor yang dapat mendorong setiap individu untuk berperilaku. Motivasi ini dapat berasal dari dalam (intern) dan dari luar (ektern).

2.              Piaget


Jean piaget
                     Menurut Piaget dalam buku “Teknologi Pembelajaran” menurut Drs. Bambang Warsita (2008:69) yang menjelaskan bahwa perkembangan kognitif merupakan suatu prosess genetika yaitu proses yang didasarkan atas mekanisme biologis yaitu perkembangan sistem syaraf. Dalam buku “Psikologi Pendidikan” menurut Wasty Soemanto (1997:123) yang menyatakan teori belajar piaget disebut cognitive-development yang memandang  bahwa proses berfikir sebagai aktivitas gradual dari pada fungsi intelektual dari kongkrit. Belajar terdiri dari tiga tahapan yaitu :asimilasi, akomodasi dan equilibrasi. Piaget juga mengemukakan bahwa proses belajar harus disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif yang dilalui siswa. Proses belajar yang dialami seorang anak berbeda pada tahap satu debfab tahap lainnya yang secara umum semakin tinggi tingkat kognitif seseorang maka semakin teratur dan juga semakin abstrak cara berpikirnya. Oleh karena itu guru seharusnya memahami tahap-tahap perkembangan kognitif anak didiknya serta memberikan isi, metode, media pembelajaran yang sesuai dengan tahapannya.
                    Dalam teorinya, Piaget memandang bahwa proses berpikir sebagai aktivitas gradual dari fungsi intelektual dari konkret menuju abstrak. Piaget adalah ahli psikolog developmentat karena penelitiannya mengenai tahap tahap perkembangan pribadi serta perubahan umur yang mempengaruhi kemampuan belajar individu. Menurut Piaget, pertumbuhan kapasitas mental memberikan kemampuan-kemapuan mental yang sebelumnya tidak ada. Pertumbuhan intelektuan adalah tidak kuantitatif, melainkan kualitatif. Dengan kata lain, daya berpikir atau kekuatan mental anak yang berbeda usia akan berbeda pula secara kualitatif.
Jean Piaget mengklasifikasikan perkembangan kognitif anak menjadi beberapa tahap yaitu:
a.    Tahap sensory – motor, yakni perkembangan ranah kognitif yang terjadi pada usia 0-2 tahun, Tahap ini diidentikkan dengan kegiatan motorik dan persepsi yang masih sederhana.
Ciri-ciri tahap sensorimotor :
1)      Didasarkan tindakan praktis.
2)      Inteligensi bersifat aksi, bukan refleksi.
3)      Menyangkut jarak yang pendek antara subjek dan objek.
4)      Mengenai periode sensorimotor:
5)     Umur hanyalah pendekatan. Periode-periode tergantung pada banyak faktor: lingkungan sosial dan kematangan fisik.
6)      Urutan periode tetap.
7)      Perkembangan gradual dan merupakan proses yang kontinu.

b.     Tahap pre – operational, yakni perkembangan ranah kognitif yang terjadi pada usia 2-7 tahun. Tahap ini diidentikkan dengan mulai digunakannya symbol atau bahasa tanda, dan telah dapat memperoleh pengetahuan berdasarkan pada kesan yang agak abstrak.
c.      Tahap concrete – operational, yang terjadi pada usia 7-11 tahun. Tahap ini dicirikan dengan anak sudah mulai menggunakan aturan-aturan yang jelas dan logis. Anak sudah tidak memusatkan diri pada karakteristik perseptual pasif.
d.     Tahap formal – operational, yakni perkembangan ranah kognitif yang terjadi pada usia 11-15 tahun. Ciri pokok tahap yang terahir ini adalahanak sudah mampu berpikir abstrak dan logisdengan menggunakan pola pikir “kemungkinan”.
Tahap perkembangan kognitif
                  Dalam pandangan Piaget, proses adaptasi seseorang dengan lingkungannya terjadi secara simultan melalui dua bentuk proses, asimilasi dan akomodasi. Asimilasi terjadi jika pengetahuan baru yang diterima seseorang cocok dengan struktur kognitif yang telah dimiliki seseorang tersebut.  Sebaliknya, akomodasi terjadi  jika struktur kognitif yang telah dimiliki seseorang harus direkonstruksi / di kode ulang disesuaikan dengan informasi yang baru diterima.
                  Dalam teori perkembangan kognitif ini Piaget juga menekankan pentingnya penyeimbangan (equilibrasi) agar seseorang dapat terus mengembangkan dan menambah pengetahuan sekaligus menjaga stabilitas mentalnya.Equilibrasi ini dapat dimaknai sebagai sebuah keseimbangan antara asimilasi dan akomodasi sehingga seseorang dapat menyatukan pengalaman luar dengan struktur dalamya. Proses perkembangan intelek seseorang berjalan dari disequilibrium menuju equilibrium melalui asimilasi dan akomodasi
Langkah-langkah pembelajaran dalam merancang pembelajaran menurut Piaget, antara lain:
1) menentukan tujuan pembelajaran
2) memilih materi pembelajaran
3) menentukan topik-topik yang dapat dipelajari oleh peserta didik
4) menentukan dan merancang kegiatan pembelajaran sesuai topic
5) mengembangkan metode pembelajaran
6) melakukan penilaian proses dan hasil peserta didik.

3.                  JA brunner
                           Satu teori belajar kognitif yang sangat berpengaruh adalah teori Jerome Bruner yang dikenal dengan belajar penemuan (discovery learning). Bruner menganggap bahwa belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia, dan dengan sendirinya memberi hasil yang paling baik. Berusaha sendiri untuk mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang menyertainya, menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna (Trianto, 2007: 26)
JA Bunner
                        Menurut Bruner, belajar akan lebih bermakna bagi peserta didik jika mereka memusatkan perhatiannya untuk memahami struktur materi yang dipelajari. Untuk memperoleh struktur informasi, peserta didik harus aktif di mana mereka harus mengidentifikasi sendiri prinsip-prinsip kunci dari pada hanya sekedar menerima penjelasan dari guru. Oleh karena itu guru harus memunculkan masalah yang mendorong peserta didik untuk melakukan kegiatan penemuan (Trianto, 2007b: 33).
                    Selain ide tentang belajar penemuan (discovery learning), Bruner juga  berbicara tentang adanya pengaruh kebudayaan terhadap tingkah laku seseorang. Bruner menyatakan bahwa perkembangan kognitif seseorang terjadi melalui tiga tahap yang ditentukan oleh caranya melihat lingkungan. Pertama, tahap enaktif, dimana individu melakukan aktifitas dalam upaya memahami lingkungannya. Kedua, tahap ekonit, dimana individu melihat dunia melalui gambar-gambar dan visualisasi verbal.Ketiga, tahap  simbolik, dimana individu mempunyai gagasan abstrak yang banyak dipengaruhi bahasa dan logika berpikirnya. Komunikasi dalam hal ini dilakukan dengan pertolongan sistem simbol (Muhaimin, 2002: 200).


Gambar discovery learning
              Lebih lanjut, Bruner juga menyatakan bahwa pembelajaran sesuatu tidak perlu menunggu sampai seseorang mencapai suatu tahap perkembangan tertentu. Apabila bahan pembelajaran yang diberikan diatur dengan baik, seseorang dapat belajar meskipun umurnya belum memadai. Seseorang dapat belajar apapun asalkan materi pembelajaran disusun berdasarkan urutan isi dimulai dari yang sederhana dan sesuai dengan karakteristik perkembangan kognitifnya. Artinya, perkembangan kognitif seseorang dapat ditingkatkan dengan cara menata strategi pembelajarannya sesuai dengan isi bahan yang akan dipelajari dan tingkat perkembangannya (Muhaimin, 2002: 201).

       IV.     Prinsip Dasar Psikologi Kognitif
Ada dua konsep dasar psikoloi kognitif, yaitu kognisi dan pendekatan kognitif
a)                  Kognisi
Dalam istilah kognisi, maka psikoloi kognitif dipandang sebagai cabang psikologi yang mempelajari proses-proses mental atau aktivitas pikiran manusia, misalnya proses-proses persepsi, ingatan, bahasa, penalaran, dan pemecahan masalah.
Contoh-contoh yang berkaitan dengan informasi :
a.                   Proses-proses persepsi
Ada seorang karyawan baru yang bekerja di suatu perusahaan yang tingkat profesionalismenya kurang. Disitu, baik karyawan yang rajin maupun yang malas mendapatkan gaji yang sama. Setelah lama beradaptasi di kantor itu, karyawan baru tersebut memiliki presepsi bahwa yang dia tidak perlu kerjakan dengan sungguh-sungguh karena tidak akan berpengaruh pada gajinya.
b.                  Ingatan
Kemampuan mengingat informasi dari membaca tentunya akan lebih lama dari hanya sekedar mendengar. Karena dengan membaca, pikiran atau otak kita akan bekerja lebih keras untuk memahami dan menyimpan informasi tersebut. Sedangkan dengan mendengar, kita hanya mengandalkan telinga, asalkan kita hafal. Bahkan kadang-kadang tanpa pemahaman.
c.                   Bahasa
Informasi akan lebih mudah kita pahami dan kita mengerti, apabila bahasa yang di gunakan sesuai dengan bahasa kita, maka informasi itu akan lebih maksimal kita gunakan. Karena otak maupun pikiran kita mampu mencerna inti informasi ersebut.
d.                  Penalaran
Seseorang yang memiliki penalaran secara baik akan dapat memperoleh informasi yang berkaitan dengan masalah tersebut, tidak hanya dari satu sisi saja. Tapi dapat diperoleh dari bagian lain, Karen suatu masalah biasanya yang hanya memiliki indikasi.
e.                   Persoalan
Sikap dan perilaku manusia dapat mencerminkan masalah yang sedang dihadapi. Sikap dan perilaku ini, apabila digabungkan dengan informasi yang sudah ada, maka dapat diciptakan suatu solusi.
b)                  Pendekatan kognisi
Sebagai suatu pendekatan maka psikologi kognitif dapat dipandang seebagai cara tertentu di dalam mendekati berbagai fenomena psikologi manusia. Konsep ini menekankan pada peran-peran persepsi, pengetahuan, ingatan, dan proses-proses berfikir bagi perilaku manusia.
a.                   Peran-peran persepsi
Orang yang berpersepsi atau berpikir bahwa kegagalan adalah proses yang tertunda, dia akan selalu berusaha untuk mencoba lagi, walaupun dia tidak tahu kapan dia akan berhasil, karena dipikirannya semakin dia mencoba, semakin dia banyak informasi yang didapat, maka tingkat kesalahan dapat diminimalisir atau dihindari. Hhal ini menjadikannya sebagi pribadi yang sabar dan ulet.
b.                  Pengetahuan
Orang yang banyak pengetahuan, biasanya lebih mengerti dan dapat mengelola informasi dengan cepat, Karena dia tahu bagaimana cara mendapatkan informasi yang cepat, tepat, murah dan efisien
c.                   Proses-proses berpikir
Jenjang pendidikan, lingkungan sekitar serta cara hidup mempengaruhi proses-proses dan pola berpikir kita. Orang yang berpendidikan tinggi, hidup di lingkungan berpendidikan dan cara hidup yang modern, biasanya akan mencari suatu informasi dengan cara yang berbasis teknologi yang lebih cepat dan praktis. Ini karena mereka telah dibentuk menjadi pribadi yang modern dengan cara berpikir yang cepat.



Daftar Pustaka
Muhaimin, et.al., 2002, Paradigma Pendidikan Islam; Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Cet. II, Bandung: Remaja Rosda Karya
Sukmadinata,Nana Syaodi.2004. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: Rosdakarya

Sukmadinata, Nana Syaodih, 2007, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, Cet. IV, Bandung: Remaja Rosdakarya
Sanjaya, Wina, 2006, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta: Kencana
Trianto, 2007, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik;  Konsep, Landasan Teoritis – Praktis dan Implementasinya, Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher
-----------, 2007b, Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek, Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher
http://fun-and-peace.blogspot.com/2012/04/aliran-aliran-dalam-psikologi.html

1 komentar: