I.
Latar belakang
Belajar adalah suatu
pembelajaran untuk memanusiakan manusia. Bahwa setiap manusia membutuhkan
pembelajaran atau pengajaran demi kelangsungan hidupnya. Psikologi adalah ilmu
yang mempelajari tentang kondisi kejiwaan manusia. Psikologi juga artikan ilmu
yang mempelajari tentang keadaan manusia dalam berbagai aspek baik mengenai
tanggapan terhadap lingkungan, aktivitas-aktivitasnya, pemikirannya,
kehendaknya, maupun perasaan panca inderanya.
Banyak ahli
psikologi kognitif tidak sepakat dengan kaum bihavioris yang melihat proses
belajar secara sederhana, menyerap informasi dari lingkungan. Menurut para ahli
psikologi kognitif belajar melibatkan kontruksi pengetahuan seseorang
berdasarkan pengalamannnya.
Penulis pada
kesempatan kali ini memilih psikologi kognitif untuk sebagai bahan pembahasan
berikutnya, bahwa psikologi kognitif adalah kajian studi ilmiah yang mengenai
proses-proses mental atau pikiran. Yang bisa mempengaruhi terhadap kreatifitas
seseorang. Jika mental dan pikiran dalam keadaan baik segala sesuatu yang
dikerjakan akan menghasilkan yang baik pula, ini berpengaruh terhadap
konsentrasi belajar seseorang, ketika konsentrasi seseorang dalam keadaan tidak
baik, hasil belajarnya tidak baik pula.
Dalam keadaan
proses belajar mengajar ketika anak mengikuti proses tersebut di dalam kelas,
ketika konsentrasi anak dalam keadaan baik maka akan dapat menerima pelajaran
dengan baik. Sehingga hasil belajarnyapun baik.
II.
Tujuan Penulisan
1.
Menjelaskan prinsip dasar psikologi
kognitif
2.
Menguraikan teori yang mendasari
psikologi kognitif
3.
Menunjukan sikap sesuai dengan teori
psikologi cognitive
4.
Mempraktekan psikologi dalam kehidupan
sehari-hari
III.
Teori dan Analisis teori
Teori
yang mengenai psikologi kognitif antara lain:
1.
Fild Lewin
Teori medan (field theory) merupakan
salah satu teori yang termasuk rumpun kognitif. Teori medan ini dikembangkan
oleh Kurt Lewin. Sama seperti teori gestalt yang menekankan keseluruhan dan
keterpaduan. Menurut teori medan, individu selalu berada dalam suatu medan atau
ruang hidup (life space), yang digambarkan oleh Kurt Lewin sebagai
berikut.
Dalam medan hidup ini ada sesuatu tujuan yang
ingin dicapai, tetapi untuk mencapainya selalu saja ada barier atau
hambatan. Individu memiliki satu atau sejumlah dorongan dan berusaha mengatasi
hambatan untuk mencapai tujuan tersebut. Apabila individu tersebut telah
berhasil mencapai tujuan, maka masuk ke dalam medan atau lapangan psikologis
baru yang di dalamnya berisi tujuan baru dengan hambatan-hambatan baru pula.
Demikian seterusnya individu keluar dari suatu medan dan masuk ke dalam medan
psikologis berikutnya (Sukmadinata, 2007: 171).
Fild Lewin
Kaitannya dengan proses belajar, dari
keterangan di atas dapat dipahami bahwa teori medan menganggap belajar sebagai
proses pemecahan masalah. Menurut Lewin (Sanjaya, 2006: 120), beberapa hal yang
berkaitan dengan proses pemecahan masalah dalam belajar adalah:
a) Belajar
adalah perubahan struktur kognitif. Setiap orang akan dapat memecahkan masalah
jika ia bisa mengubah struktur kognitif.
teori field lewin
b) Pentingnya
motivasi. Motivasi adalah faktor yang dapat mendorong setiap individu untuk
berperilaku. Motivasi ini dapat berasal dari dalam (intern) dan dari luar
(ektern).
2. Piaget
Jean piaget
Menurut Piaget dalam buku “Teknologi Pembelajaran” menurut Drs. Bambang Warsita (2008:69)
yang menjelaskan bahwa perkembangan kognitif merupakan suatu prosess genetika
yaitu proses yang didasarkan atas mekanisme biologis yaitu perkembangan sistem
syaraf. Dalam buku “Psikologi Pendidikan” menurut Wasty Soemanto (1997:123) yang
menyatakan teori belajar piaget disebut cognitive-development yang memandang
bahwa proses berfikir sebagai aktivitas gradual dari pada fungsi
intelektual dari kongkrit. Belajar terdiri dari tiga tahapan yaitu :asimilasi,
akomodasi dan equilibrasi. Piaget juga mengemukakan bahwa proses belajar harus
disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif yang dilalui siswa. Proses belajar
yang dialami seorang anak berbeda pada tahap satu debfab tahap lainnya yang
secara umum semakin tinggi tingkat kognitif seseorang maka semakin teratur dan
juga semakin abstrak cara berpikirnya. Oleh karena itu guru seharusnya memahami
tahap-tahap perkembangan kognitif anak didiknya serta memberikan isi, metode,
media pembelajaran yang sesuai dengan tahapannya.
Dalam teorinya, Piaget memandang bahwa proses berpikir
sebagai aktivitas gradual dari fungsi intelektual dari konkret menuju abstrak.
Piaget adalah ahli psikolog developmentat karena penelitiannya mengenai tahap
tahap perkembangan pribadi serta perubahan umur yang mempengaruhi kemampuan
belajar individu. Menurut Piaget, pertumbuhan kapasitas mental memberikan
kemampuan-kemapuan mental yang sebelumnya tidak ada. Pertumbuhan intelektuan
adalah tidak kuantitatif, melainkan kualitatif. Dengan kata lain, daya berpikir
atau kekuatan mental anak yang berbeda usia akan berbeda pula secara
kualitatif.
Jean Piaget mengklasifikasikan perkembangan kognitif anak
menjadi beberapa tahap yaitu:
a. Tahap sensory – motor, yakni perkembangan ranah kognitif yang
terjadi pada usia 0-2 tahun, Tahap ini diidentikkan dengan kegiatan motorik dan
persepsi yang masih sederhana.
Ciri-ciri tahap sensorimotor :
1) Didasarkan tindakan
praktis.
2) Inteligensi bersifat
aksi, bukan refleksi.
3) Menyangkut jarak yang
pendek antara subjek dan objek.
4) Mengenai periode
sensorimotor:
5) Umur hanyalah pendekatan.
Periode-periode tergantung pada banyak faktor: lingkungan sosial dan kematangan
fisik.
6) Urutan periode tetap.
7) Perkembangan gradual dan
merupakan proses yang kontinu.
b. Tahap pre – operational, yakni
perkembangan ranah kognitif yang terjadi pada usia 2-7 tahun. Tahap ini
diidentikkan dengan mulai digunakannya symbol atau bahasa tanda, dan telah
dapat memperoleh pengetahuan berdasarkan pada kesan yang agak abstrak.
c. Tahap concrete – operational, yang
terjadi pada usia 7-11 tahun. Tahap ini dicirikan dengan anak sudah mulai menggunakan
aturan-aturan yang jelas dan logis. Anak sudah tidak memusatkan diri pada
karakteristik perseptual pasif.
d. Tahap formal – operational, yakni
perkembangan ranah kognitif yang terjadi pada usia 11-15 tahun. Ciri pokok
tahap yang terahir ini adalahanak sudah mampu berpikir abstrak dan logisdengan
menggunakan pola pikir “kemungkinan”.
Tahap perkembangan kognitif
Dalam pandangan Piaget, proses adaptasi seseorang dengan
lingkungannya terjadi secara simultan melalui dua bentuk proses, asimilasi dan
akomodasi. Asimilasi terjadi jika pengetahuan baru yang diterima seseorang
cocok dengan struktur kognitif yang telah dimiliki seseorang tersebut.
Sebaliknya, akomodasi terjadi jika struktur kognitif yang telah
dimiliki seseorang harus direkonstruksi / di kode ulang disesuaikan dengan
informasi yang baru diterima.
Dalam teori perkembangan kognitif ini Piaget juga
menekankan pentingnya penyeimbangan (equilibrasi) agar seseorang dapat
terus mengembangkan dan menambah pengetahuan sekaligus menjaga stabilitas
mentalnya.Equilibrasi ini dapat dimaknai sebagai sebuah keseimbangan antara
asimilasi dan akomodasi sehingga seseorang dapat menyatukan pengalaman luar
dengan struktur dalamya. Proses perkembangan intelek seseorang berjalan dari
disequilibrium menuju equilibrium melalui asimilasi dan akomodasi
Langkah-langkah pembelajaran
dalam merancang pembelajaran menurut Piaget, antara lain:
1) menentukan tujuan
pembelajaran
2) memilih materi pembelajaran
3) menentukan topik-topik yang
dapat dipelajari oleh peserta didik
4) menentukan dan merancang
kegiatan pembelajaran sesuai topic
5) mengembangkan metode
pembelajaran
6) melakukan penilaian proses
dan hasil peserta didik.
3. JA brunner
Satu teori belajar kognitif yang sangat berpengaruh adalah
teori Jerome Bruner yang dikenal dengan belajar penemuan (discovery learning).
Bruner menganggap bahwa belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan
secara aktif oleh manusia, dan dengan sendirinya memberi hasil yang paling
baik. Berusaha sendiri untuk mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang
menyertainya, menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna (Trianto,
2007: 26)
JA Bunner
Menurut Bruner, belajar akan lebih bermakna
bagi peserta didik jika mereka memusatkan perhatiannya untuk memahami struktur
materi yang dipelajari. Untuk memperoleh struktur informasi, peserta didik
harus aktif di mana mereka harus mengidentifikasi sendiri prinsip-prinsip kunci
dari pada hanya sekedar menerima penjelasan dari guru. Oleh karena itu guru
harus memunculkan masalah yang mendorong peserta didik untuk melakukan kegiatan
penemuan (Trianto, 2007b: 33).
Selain ide tentang belajar penemuan (discovery
learning), Bruner juga berbicara tentang adanya pengaruh kebudayaan
terhadap tingkah laku seseorang. Bruner menyatakan bahwa perkembangan kognitif
seseorang terjadi melalui tiga tahap yang ditentukan oleh caranya melihat
lingkungan. Pertama, tahap enaktif, dimana
individu melakukan aktifitas dalam upaya memahami lingkungannya. Kedua, tahap ekonit,
dimana individu melihat dunia melalui gambar-gambar dan visualisasi verbal.Ketiga, tahap simbolik,
dimana individu mempunyai gagasan abstrak yang banyak dipengaruhi bahasa dan
logika berpikirnya. Komunikasi dalam hal ini dilakukan dengan pertolongan
sistem simbol (Muhaimin, 2002: 200).
Gambar discovery
learning
Lebih lanjut, Bruner juga menyatakan bahwa pembelajaran sesuatu
tidak perlu menunggu sampai seseorang mencapai suatu tahap perkembangan
tertentu. Apabila bahan pembelajaran yang diberikan diatur dengan baik,
seseorang dapat belajar meskipun umurnya belum memadai. Seseorang dapat belajar
apapun asalkan materi pembelajaran disusun berdasarkan urutan isi dimulai dari
yang sederhana dan sesuai dengan karakteristik perkembangan kognitifnya.
Artinya, perkembangan kognitif seseorang dapat ditingkatkan dengan cara menata
strategi pembelajarannya sesuai dengan isi bahan yang akan dipelajari dan
tingkat perkembangannya (Muhaimin, 2002: 201).
IV. Prinsip Dasar Psikologi Kognitif
Ada dua konsep dasar psikoloi kognitif, yaitu
kognisi dan pendekatan kognitif
a)
Kognisi
Dalam istilah kognisi, maka psikoloi kognitif
dipandang sebagai cabang psikologi yang mempelajari proses-proses mental atau
aktivitas pikiran manusia, misalnya proses-proses persepsi, ingatan, bahasa,
penalaran, dan pemecahan masalah.
Contoh-contoh yang berkaitan dengan informasi
:
a.
Proses-proses persepsi
Ada
seorang karyawan baru yang bekerja di suatu perusahaan yang tingkat
profesionalismenya kurang. Disitu, baik karyawan yang rajin maupun yang malas
mendapatkan gaji yang sama. Setelah lama beradaptasi di kantor itu, karyawan
baru tersebut memiliki presepsi bahwa yang dia tidak perlu kerjakan dengan
sungguh-sungguh karena tidak akan berpengaruh pada gajinya.
b.
Ingatan
Kemampuan
mengingat informasi dari membaca tentunya akan lebih lama dari hanya sekedar
mendengar. Karena dengan membaca, pikiran atau otak kita akan bekerja lebih
keras untuk memahami dan menyimpan informasi tersebut. Sedangkan dengan
mendengar, kita hanya mengandalkan telinga, asalkan kita hafal. Bahkan
kadang-kadang tanpa pemahaman.
c.
Bahasa
Informasi
akan lebih mudah kita pahami dan kita mengerti, apabila bahasa yang di gunakan
sesuai dengan bahasa kita, maka informasi itu akan lebih maksimal kita gunakan.
Karena otak maupun pikiran kita mampu mencerna inti informasi ersebut.
d.
Penalaran
Seseorang
yang memiliki penalaran secara baik akan dapat memperoleh informasi yang
berkaitan dengan masalah tersebut, tidak hanya dari satu sisi saja. Tapi dapat
diperoleh dari bagian lain, Karen suatu masalah biasanya yang hanya memiliki
indikasi.
e.
Persoalan
Sikap
dan perilaku manusia dapat mencerminkan masalah yang sedang dihadapi. Sikap dan
perilaku ini, apabila digabungkan dengan informasi yang sudah ada, maka dapat
diciptakan suatu solusi.
b)
Pendekatan kognisi
Sebagai suatu pendekatan maka psikologi
kognitif dapat dipandang seebagai cara tertentu di dalam mendekati berbagai
fenomena psikologi manusia. Konsep ini menekankan pada peran-peran persepsi,
pengetahuan, ingatan, dan proses-proses berfikir bagi perilaku manusia.
a.
Peran-peran persepsi
Orang
yang berpersepsi atau berpikir bahwa kegagalan adalah proses yang tertunda, dia
akan selalu berusaha untuk mencoba lagi, walaupun dia tidak tahu kapan dia akan
berhasil, karena dipikirannya semakin dia mencoba, semakin dia banyak informasi
yang didapat, maka tingkat kesalahan dapat diminimalisir atau dihindari. Hhal
ini menjadikannya sebagi pribadi yang sabar dan ulet.
b.
Pengetahuan
Orang
yang banyak pengetahuan, biasanya lebih mengerti dan dapat mengelola informasi
dengan cepat, Karena dia tahu bagaimana cara mendapatkan informasi yang cepat,
tepat, murah dan efisien
c.
Proses-proses berpikir
Jenjang
pendidikan, lingkungan sekitar serta cara hidup mempengaruhi proses-proses dan
pola berpikir kita. Orang yang berpendidikan tinggi, hidup di lingkungan
berpendidikan dan cara hidup yang modern, biasanya akan mencari suatu informasi
dengan cara yang berbasis teknologi yang lebih cepat dan praktis. Ini karena
mereka telah dibentuk menjadi pribadi yang modern dengan cara berpikir yang
cepat.
Daftar Pustaka
Muhaimin, et.al., 2002, Paradigma Pendidikan
Islam; Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Cet. II, Bandung: Remaja Rosda Karya
Sukmadinata,Nana Syaodi.2004. Landasan
Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: Rosdakarya
Sukmadinata,
Nana Syaodih, 2007, Landasan Psikologi
Proses Pendidikan, Cet. IV, Bandung:
Remaja Rosdakarya
Sanjaya,
Wina, 2006, Strategi Pembelajaran
Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta: Kencana
Trianto,
2007, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi
Konstruktivistik; Konsep, Landasan Teoritis – Praktis dan Implementasinya, Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher
-----------,
2007b, Model Pembelajaran
Terpadu dalam Teori dan Praktek, Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher
http://fun-and-peace.blogspot.com/2012/04/aliran-aliran-dalam-psikologi.html
assalamualaikum, mksi mba atas ilmunya :)
BalasHapus